PERADABAN ISLAM PADA MASA DINASTI ABBASIYAH
SEJARAH
MUNCULNYA DINASTI ABBASIYAH
a.
Sebab Akibat
Runtuhnya
Dinasti Amawiyah merupakan sebab dibangunnya Dinasti Abbasiyah. Menjelang akhir
Dinasti Amawiyah (abad ke-1 H) terjadi kekacauan, kekeliruan-kekeliruan dan
kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh para khalifah dan para pembesar Negara.
Kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan tersebut antara lain sebagai
berikut :
1. Politik
kepegawaian didasarkan pada klik, golongan, suku, kaum dan kawan.
2. Penindasan
terus menerus terhadap pengikut Ali r.a pada khususnya dan terhadap Bani Hasyim
( Hasimiyah ) pada umumnya.
3. Anggapan
rendah terhadap kaum muslimin yang bukan bangsa Arab, sehingga mereka tidak
diberi
kesempatan dalam pemerintahan.
4. Pelanggaran
ajaran Islam dan HAM secara terang-terangan.
b. Gerakan
Rahasia
Turunan
Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Dinasti Amawiyah bergerak mencari
jalan bebas dengan mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Dinasti
Amawiyah. Mereka dipimpin oleh Muhammad bin Ali Al-Abbasy dan bergerak dalam
2 fase, yaitu:
1. Fase sangat rahasia
Selama
Muhammad bin Ali masih hidup gerakan dilakukan dengan sangat rahasia.
Propaganda dikirim ke seluruh negeri untuk mendapatkan pengikut.
2. Fase terang-terangan dan
pertempuran
Setelah
Muhammad bin Ali meninggalkan kepemimpinan digantikan oleh anaknya yang bernama
Ibrahim. Pada saat itu bergabunglah Abu Muslim Al-Khurasany sesosok pemuda
Persia yang gagah, berani dan cerdas. Dengan masuknya Abu Muslim dimulailah
gerakan dengan terang-terangan dan terjadi perang pada bulan Zulhijah 132 H,
yang menyebabkan terbunuhnya Khalifah Dinasti Amawiyah terakhir, Marwan di
Fusthath Mesir. Dengan terbunuhnya Marwan maka dengan resmi dibangunlah Dinasti
Abbasiyah.
BERDIRINYA
DINASTI ABBASIYAH
Dinasti Abbasiyah
didirikan oleh Abdul Abbas Al-Saffah dibantu oleh Abu Muslim Al-Khurasany.
Dinasti Abbasiyah berkuasa selama 5 setengah abad (132-656 H/750-1258 M).
Perbedaan antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Amawiyah, antara lain :
1. Dinasti
Amawiyah dalam segala bidang umumnya bercorak arab murni (Arabiyah Badawiyah)
2. Dinasti
Abbasiyah disamping masih bercorak Arab Murni, tetapi juga telah bercorak Persia
kecuali dalam bidang kesusasteraan masih bersifat Arab Murni.
Zaman Dinasti Abbasiyah
adalah zaman keemasan Islam (Jarji Zaidan). Di zaman ini kedaulatan muslim
telah sampai pada puncak kemajuan, kemuliaan, kekayaan ataupun kekuasaan.
Selama
masa Dinasti Abbasiyah berkali-kali terjadi perubahan corak kebudayaan islam
sesuai dengan terjadinya perubahan dalam bidang politik, ekonomi dan sosial.
Berdasarkan perubahan demikian para ahli membagi masa kebudayaan Islam menjadi
4 masa yaitu ;
1. Masa Abbasy
I : Semenjak lahirnya Dinasti Abbasiyah
sampai meninggalya Khalifah Al-Wastiq (132-232 H/750-847 M)
2. Masa
Abbasy II : Dari Khalifah Al
Mutawakkal sampai berdirinya Dinasti Buwaihiyah di Baghdad.
3. Masa
abbasy III : Dari berdirinya
Dinasti Buwaihiyahsampai masuknya kaum Seljuk ke Baghdad (334-447 H/946-1055
M).
4. Masa
Abbasy IV : Masuknya orang-orang
Seljuk ke Baghdad sampai jatuhnya Baghdad ke tangan bangsa Tartar dibawah
pimpinan Hulako (447-656 H/1055-1268 M)
DAULAH
ABBASIYAH I
PARA
KHALIFAH ZAMAN DINASTI ABBASIYAH I
1. Abdul
Abbas As-Saffah ( 132-136 H )
2. Abu
Ja’far Al-Mansur ( 136-148 H )
3. Al-Mansur
dan Abu Muslim Al-Khurasany ( 148-158 H )
4. Al-Mahdi
( 158-169 H )
5. Al-Hadi
( 169-170 H )
6. Harun
Ar-Rasyid ( 170-193 H )
7. Al-Amin
( 191-198 H )
8. Al-Ma’mun
( 198-218 H )
9. Al-Mu’tashim
( 218-227 H )
10. Al-Wastiq
( 227-232 H )
POLITIK
DINASTI ABBASIYAH I
Politik
yang dijalankan oleh dinasti Abbasiyah I, antara lain sebagai berikut :
1. Para
khalifah tetap dari turunan Arab Murni, sementara para Mentri, Gubernur,
Panglima dan pegawai lainnya banyak diangkat dari golongan Mawaly turunan
Persia.
2. Kota
Baghdad sebagai Ibukota Negara yang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi,
social dan kebudayaan dijadikan “kota pintu terbuka”, sehingga segala bangsa
yang menganut berbagai keyakinan diizinkan bermukim di dalamnya.
3. Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para
Khalifah dan pembesar lainnya membuka kemunginan seluas-luasnya untuk kemajuan
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
4. Kebebasan
berfikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhmya.
5. Para
Mentri keturunan Persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan pemerintahan,
sehingga mereka memegang peranan penting dalam membina tamaddun Islam.
IBUKOTA
KERAJAAN ABBASIYAH DI ZAMAN ABBASIYAH I
Pada zaman Abbasiyah
pertama terdapat dua ibukota yang paling terkemuka yaitu kota Baghdad dan kota
Samarra’. Di bawah ini adalah keterangan mengenai kota-kota tersebut.
KOTA
BAGHDAD
Kota Baghdad mempunyai
cukup syarat-syarat sebagai Ibukota yang diperlukan Khalifah Al-Mansur, karena
:
a.
Letak kota Baghdad di tebing Sungai Dajlah dan melalui sungai
itulah datang barang-barang dagangan dari India, Sind, Cina, Basrah, Ahwas,
Wasit, Mausil, Diar Bakar dan Diar rabi’ah.
b. Baghdad
juga merupakan tempat yang paling dekat diantara kedua sungai yaitu Sungai
Dajlah dan Furat, mudah dibuat perhubungan diantara kawasan-kawasan yang
terletak di tebing sungai Furat dan yang berdekatan dengannya. Musuh tidak
dapat mencapainya, kecuali melalui jembatan, andaikata jembatan itu dihancurkan
maka musuh akan terhalang.
c.
Baghdad terletak diantara negeri-negeri Arab dan negeri-negeri
bukan Arab.
KOTA
SAMARRA’
Kota Samarra’ terletak di
timur Sungai Dajlah sejauh seratus kilometer di selatan kota Baghdad. Kota
Samarra’ adalah kota yang lama dan telah diperbarui oleh golongan Abbasiyah,
khususnya oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid yang telah menggali sebuah sungai yang
berdekatan dengannya, dinamakan Taqul.
Dipilihnya kota Samarra’
sebagai Ibukota dikarenakan kota Baghdad semakin menjadi sesak dengan
orang-orang keturunan Turki yang dihumpun
oleh Khalifah Al-Mu’tashim. Jumlah mereka kurang lebih 70.000 orang dan
mengganggu hak-hak masyarakat banyak serta menimbulkan berbagai kesulitan di
kota itu. Sehingga Khalifah Al-Mu’tashim memutuskan meninggalkan kota Baghdad
bersama-sama dengan angkatan tentaranya.
PERKEMBANGAN
KEBUDAYAAN DAN ILMU PENGETAHUAN ABBASIYAH I
Zaman Pemerintahan
Abbasiyah pertama merupakan zaman yang paling sesuai untuk kebangkitan
kebudayaan, dikarenakan umat berada dalam keadaan yang tentram dan ekonomi yang
stabil sehingga kebudayaan akan berkembang dengan mudah di kalangan masyarakat.
Pada zaman ini muncul sekelompok penyair-penyair handal, filosof-filosof,
ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu hisab, tokoh-tokoh agama dan
pujangga-pujangga yang memperkaya perbendaharaan bahasa Arab.
Kebangkitan ilmiah di
zaman Abbasiyah I terbagi ke dalam 3 lapangan, yaitu :
1. Kegiatan
menyusun buku-buku ilmiyah
Kegiatan
menyusun buku-buku berjalan menurut 3 tingkatan, yaitu :
a.
Tingkat Pertama :
tingkat paling mudah dan rendah, ialah mencatat
ide/percakapan atau sebagainya di suatu
halaman kertas.
b. Tingkat
kedua : tingkat pertengahan, merupakan
pembukuan ide-ide yang
serupa/hadis-hadis
Rasul dalam satu buku.
c.
Tingkat ketiga : paling
tinggi, ialah tingkat penyusunan yang merupakan lebih
sempurna
daripada kerja pembukuan, karena di tingkat ini segala yang sudah dicatat
diatur dan disusun dalam bagian-bagian dan bab-bab tertentu serta berbeda satu
dengan lainnya.
Kaum Muslimin di zaman
Abbasiyah pertama telah sampai pada tingkatan yang ketiga. Pada tahun 143 H,
para ulama menyusun hadist, fiqh, tafsir, buku-buku Arab dan sejarah. Diantara
penyusun terkemuka di zaman ini antara lain :
-
Imam Malik menyusun buku Al-Muwatta’.
-
Ibnu Ishaq menyusun sejarah hidup Nabi SAW.
-
Abu Hanifah menyusun fiqh dan pendapat Ijtihad.
2. Penyusunan
ilmu-ilmu Islam
Ilmu-ilmu
Islam ialah ilmu-ilmu yang muncul di tengah-tengah suasana hidup keislaman berkaitan
dengan agama dan bahasa Al-Qur’an. Di zaman pemerintahan Abbasiyah I banyak
ilmu-ilmu islam yang mengalami perubahan dan perkembangan besar. Berikut ini
adalah sebagian dari ilmu-ilmu islam yang mengalami perkembangan dan perubahan
:
a.
Lahirnya ilmu tafsir dan pemisahannya dari hadis.
b. Ilmu
fiqh dan mazhab-mazhabnya.
c.
Nahu dan aliran-alirannya.
d. Sejarah.
3. Terjemahan
dari bahasa asing
Berikut
ini adalah sebagian dari penerjemah terkemuka pada zaman Abbasiyah I :
-
Abdullah bin Muqaffa’ ( 757 M ), yang pada mulanya seorang
Majusi kemudian memeluk agama islam. Satu dari terjemahannya yang terkenal
adalah buku “Kalilah Wa Dummah” yang berasal dari bahasa sansekerta dan telah
diterjemahkan ke bahasa Parsi. Dari bahasa Parsi kemudian diterjemahkan oleh
Abdullah bin Muqaffa’ ke dalam bahasa Arab.
-
Jurjis Bakhtisyu’ ( 771 M ), seorang ahli kedokteran beragama
masehi yang bekerja dengan pemerintahan Abbasiyah.
-
Bakhtisyif bin Juris ( 801 M )
-
Gibril murid Bakhtisyu ( 809 M )
-
Al-Hajjaj bin Matar ( 786-833 M ), merupakan orang pertama yang
menerjemahkan buku Elements karya Enclide.
-
Abu Yahya bin Batriq ( 796-806 M ), menerjemahkan buku-buku
Hipprocrataes ( 536 SM ) dan Galen ( 200 M ).
Disebutkan
bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah belum ada madrasah ( sekolah ) hanya ada
ma’had ( tempat belajar ), selain itu yaitu :
1. Kuttab : tempat belajar dalam
tingkat pendidikan rendah dan
menengah.
2. Mesjid : untuk pendidikan
tinggi dan takhassus.
3. Majlis
Munadharah : tempat pertemuan para
ulama, sarjana, ahli pikir, dan
pujangga
untuk membahas masalah-masalah ilmiyah.
4. Darul
Hikmah : perpustakaan terbesar
yang juga disediakan ruangan
ruangan
tempat belajar. Didirikan oleh Harun Ar-Rasyid dan disempurnakan oleh khalifah
Makmun.
MASALAH-MASALAH
YANG DIHADAPI GOLONGAN ABBASIYAH PADA ZAMAN ABBASIYAH I
Meskipun kerajaan
Abbasiyah telah berdiri akan tetapi perjuangan belum berakhir. Perjuangan terus
berjalan guna memelihara dan melindungi kepentingan-kepentingan mereka. Belum
lagi ditambah dengan adanya gerakan dari golongan-golongan yang ada.
Golongan-gologan yang ada pada masa Abbasiyah I antara lain :
GOLONGAN
ALAWIYAH
Golongan Alawiyah bangkit
dan menggoncangkan istana pemerintahan Abbasiyah serta mencoba untuk
meruntuhkannya, tetapi pemerintah Abbasiyah sangat kukuh dan tidak mudah
dituntuhkan.
GOLONGAN
KHAWARIJ
Golongan khawarij mulai
muncul di zaman pemerintahan Abbasiyah yang pertama, setelah mereka mengalami
keganasan dan kekejaman golongan Bani Umaiyah. Golongan Khawarij dikenal
sebagai golongan yang berani mati dan tidak gentar kepada pertumpahan darah.
Kelompok seperti mereka ini senantiasa menumpas musuh dan menimbulkan ketakutan
dikalangan pihak yang menentang. Gerakan-gerakan mereka muncul dari masa ke
masa disepanjang zaman pemerintahan Abbasiyah.
GOLONGAN/KELOMPOK
ZINDIQ
Pada mulanya Zindiq
adalah sebutan untuk pengaut-penganut ajaran Mani atau Tsanwi, yaitu
penyembah-penyembah cahaya terang dan gelap. Kemudian pengertiannya menjadi
lebih luas dan meliputi setiap mulhid/pembuat bid’ah. Kemudian berubah lagi dan
menjadi sebutan untuk pihak yang mazhabnya bertentangan dengan mazhab
Ahlus-sunnah dan kadang-kadang menjadi sebutan untuk para penyair dan penulis
yang menghayati kehidupan berhibur-hibur dan berfoya-foya dengan minuman khamar
dan akhlak yang rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar